Selasa, 10 November 2015

Tugas 2



Konsep Dasar Akuntansi
Dalam penerapan akuntansi ada hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai konsep-konsep dasar akuntansi, yaitu sebagai berikut :
a. Kesatuan usaha (business entity)
Menurut Sugiarto dan Suwardjono konsep kesatuan usaha yaitu sebagai berikut: konsep yang mengatakan bahwa dari akuntansi unit usaha atau perusahaan harus dianggap sebagai orang atau badan atau organisasi yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan terpisah dari pemilik.
b. Dasar–dasar pencatatan
Terdapat dua macam dasar pencatatan dalam akuntansi yang dipakai dalam mencatat transaksi yaitu:
  1. Dasar kas, yaitu suatu dasar akuntansi yang mengakui pendapatan dan melaporkannya pada saat kas diterima, serta mengakui biaya atau beban dan mengurangkannya dari pendapatan pada saat pengeluaran kas untuk membayar biaya atau beban tersebut dilakukan dalam suatu periode tertentu.
  2. Dasar akrual, yaitu mencatat setiap transaksi yang terjadi tanpa memperhatikan kas yang sudah diterima atau belum.
c. Konsep periode waktu
Yaitu suatu konsep yang menyatakan bahwa akuntansi menggunakan periode waktu sebagai dasar dalam mengukur dan menilai kemajuan perusahaan.
d. Unit moneter
Unit moneter digunakan sebagai alat pengukur suatu objek atau aktivitas perusahaan dan menganggap bahwa nilai uang adalah stabil dari waktu ke waktu.
e. Transaksi
yaitu kejadian atau peristiwa didalam perusahaan yang dapat menyebabkan perubahan pada jumlah harta, hutang dan modal.
f. Kelangsungan Usaha (going concern)
Asumsi akuntansi bahwa perusahaan akan berjalan terus sampai pada masa yang tidak dapat ditetapkan atau cukup lama untuk melaksanakan rencananya.
g. Konsep Penandingan (Matching Concept)
Menurut C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess, Matching Concept, didefinisikan sebagai berikut: Konsep akuntansi yang mendukung pelaporan pendapatan dan beban terkait pada periode yang sama.

Laporan Keuangan

Laporan Keuangan

LAPORAN KEUANGAN (FINANCIAL STATEMENT)
Sebelum pembahasan mengenai laporan keuangan, ada hal penting yang harus dipahami   terlebih   dahulu,   yaitu  Jenis-jenis   perusahaan.   Karena   perbedaan   jenis perusahaan berpengaruh kepada format dan perkiraan-perkiraan  yang digunakan dalam laporan.
JENIS-JENIS PERUSAHAAN
Jenis-jenis perusahaan  berdasarkan  pemilikan dan status hukum dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Perusahaan Perseorangan adalah perusahaan yang dimiliki oleh perseorangan dan biasanya     status     hukum     perusahaan     berbentuk     UD     (usaha     dagang),     CV (commanditaire verschop), PD (perusahaan dagang) dan sebagainya.
2.  Perseroan Terbatas (PT) adalah perusahaan yang modalnya terbagi atas saham-saham yang dimiliki  oleh banyak  orang, yang disebut  pemegang  saham.  Status  hukum  PT harus mendapat pengesahan Menteri Kehakiman RI.
selanjutnya perlu dipahami adalah jenis perusahaan dilihat dari bidang usaha, yang mana terbagi atas 3 macam, yaitu :
1.  Perusahaan  Jasa (Service Company),  yaitu perusahaan  yang bergerak  dalam  bidang penjualan  jasa keahlian.  Contoh  seperti  kantor  akuntan  publik,  usaha  salon,  usaha bengkel,  bank,  asuransi,  lembaga  pendidikan,  sekolah,  universitas,  klinik  dokter, kantor notaris, perusahaan leasing, rumah sakit, usaha rental mobil, jasa pengurusan surat-surat, usaha jasa pengiriman,dan sebagainya.
2.  Perusahaan Dagang (Trading Company), yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang membeli dan menjual barang dagangan. Contoh  seperti showroom atau dealer motor, apotik, toko elektronika, toko grosir, supermarket,  minimarket, toko sparepart,   toko pakaian, distributor, dan sebagainya.
3.  Perusahaan  Industri          (Manufacture),  yaitu  perusahaan  yang  mengolah  bahan  baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual hasil produksi. Contoh seperti restaurant, usaha  catering,  kerajinan  mebel, usaha  furniture,  pabrik  semen,  pabrik  pasta  gigi, pabrik permen/coklat, pabrik lampu pijar, dan usaha home industri lainnya.
PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan  keuangan  adalah  sekumpulan  informasi  keuangan  perusahaan  dalam suatu  periode  tertentu  yang  disajikan  dalam  bentuk  laporan  sistematis  yang  mudah dibaca dan dipahami oleh semua pihak yang membutuhkan.

Unsur Laporan Keuangan
Unsur utama Laporan Keuangan terdiri dari :
1.  Laporan Laba Rugi ( Income Statement )
2.  Laporan  Perubahan  Ekuitas  (untuk  perusahaan  perseorangan)  (Capital  Statement)
Laporan Saldo Laba (untuk perseroan terbatas) (Retained Earning Statement)
3.  Neraca ( Balance Sheet )
4.  Laporan Arus Kas ( Cash Flow Statement )
5.  Catatan Atas Laporan Keuangan
Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan gambaran singkat dan bentuk umum masing- masing unsur laporan keuangan diatas.

Laporan Laba Rugi

Komponen utama Laporan Laba Rugi terdiri dari:
1. Pendapatan Usaha – Akun ini merupakan pendapatan yang berasal dari penjualan produk utama perusahaan. Pendapatan usaha disajikan bersih setelah dikurangi potongan penjualan, retur penjualan dan lain-lain.
2. Beban Pokok Penjualan – Akun ini merupakan nilai tercatat dari persediaan yang dijual.
3. Laba/Rugi Kotor – Akun ini merupakan selisih antara Pendapatan Usaha dengan Beban Pokok Penjualan.
4. Beban Usaha – Akun ini merupakan beban kegiatan utama perusahaan yang dilaporkan dalam dua kategori yaitu: (a) Beban penjualan; dan (b) Beban umum dan administrasi.
5. Laba/Rugi Usaha – Akun ini merupakan selisih antara Pendapatan Usaha dengan Beban Usaha.
6. Penghasilan/Beban Lain-lain – Akun ini merupakan penghasilan/beban yang tidak dapat dihubungkan langsung dengan kegiatan usaha utama perusahaan. Penghasilan/beban lain-lain disajikan dengan cara merinci penghasilan (beban) lain-lain, setidak-tidaknya meliputi: bagian laba/rugi perusahaan asosiasi, penghasilan bunga, beban bunga, laba/rugi kurs, dll
7. Bagian Laba/Rugi Perusahaan Asosiasi – Akun ini merupakan laba atau rugi perusahaan asosiasi pada periode berjalan yang diakui oleh perusahaan sesuai dengan persentase pemilikannya. Akun ini disajikan tersendiri jika nilainya material. Jika tidak material maka disajikan sebagai bagian penghasilan/beban lain-lain.
8. Laba/Rugi Sebelum Pajak Penghasilan – Akun ini merupakan laba/rugi usaha setelah memperhitungkan “penghasilan/beban lain-lain dan porsi “laba/rugi perusahaan asosiasi.
9. Beban/Penghasilan Pajak – Akun ini merupakan jumlah agregat pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang diperhitungkan dalam perhitungan laba/rugi pada periode berjalan, antara pajak kini dantangguhan biasanya dipisah.
10. Laba/Rugi dari Aktivitas Normal Perusahaan – Akun ini merupakan laba/rugi setelah dikurangi dengan “beban/penghasilan pajak” di atas dan sebelum “akun-akun luar biasa” di bawah ini.
11. Pos Luar Biasa – Akun ini merupakan akun-akun yang berasal dari kejadian atau transaksi yang tidak biasa (unusual) dan tidak sering terjadi (infrequent). Akun luar biasa disajikan bersih setelah memperhitungkan pajak.
12. Laba/Rugi Bersih – Akun ini merupakan laba/rugi dari aktivitas perusahaan setelah memperhitungkan “beban/penghasilan pajak” dan “akun luar biasa” di atas.
13. Laba/Rugi Per Saham Dasar – Akun ini merupakan jumlah laba/rugi bersih yang tersedia bagi setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan. Dalam hal perusahaan mencatatkan efeknya di bursa lain dalam bentuk Sertifikat Penitipan Efek (SPE), maka disajikan juga laba/rugi per SPE dasar.
14. Laba/Rugi Per Saham Dilusian – Akun ini merupakan jumlah laba/rugi pada suatu periode yang tersedia bagi setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan saham biasa yang diasumsikan telah diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif yang beredar selama periode pelaporan. Jumlah saham biasa yang akan diterbitkan saat konversi efek berpotensi saham biasa ditentukan sesuai persyaratan efek berpotensi saham tersebut. Perhitungan ini mengasumsikan: nilai konversi atau harga pelaksanaan yang paling menguntungkan dari sudut pandang pemegang efek berpotensi saham biasa. Dalam hal perusahaan mencatatkan efeknya di bursa lain dalam bentuk Sertifikat Penitipan Efek (SPE), maka disajikan juga laba (rugi) per SPE dilusian.

Laporan Perubahan Ekuitas

Seperti nampak pada contoh di atas, laporan ini menyajikan:
1. Laba (rugi) bersih periode bersangkutan.
2. Setiap akun yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas. Contoh akun ini antara lain keuntungan/kerugian yang belum direalisasi dari efek tersedia untuk dijual.
3. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi atas kesalahan mendasar, yaitu berupa:
a. Efek Kumulatif atas Perubahan Kebijakan Akuntansi, yakni pengaruh kumulatif yang bersifat retrospektif terhadap laba rugi perusahaan sebagai akibat dari suatu perubahan kebijakan akuntansi yang diterapkan perusahaan.
b. Koreksi atas Kesalahan Mendasar, entah itu berupa kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, termasuk kecurangan (fraud) atau kelalaian.
4. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik
5. Saldo laba/rugi pada awal dan akhir periode, yang dibagi dalam:
a. Yang Telah Ditentukan Penggunaannya – Akun ini merupakan saldo laba yang ditentukan penggunaannya dan disajikan terpisah antara jumlah yang telah ditentukan penggunaannya oleh perusahaan dan yang diwajibkan oleh peraturan yang berlaku.
b. Yang Belum Ditentukan Penggunaannya – Akun ini merupakan saldo laba yang belum ditentukan penggunannya oleh perusahaan.
6. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal ditempatkan dan disetor penuh, tambahan modal disetor dan akun-akun ekuitas lainnya pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.

Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menyajikan arus kas selama periode tertentu dan dikelompokkan menurut klasifikasi aktivitas sebagai berikut:
A. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI – Arus Kas dari Aktivitas Operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Arus Kas dari Aktivitas Operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba (rugi) bersih. Arus Kas dari Aktivitas Operasi antara lain dapat berupa:
  • Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa.
  • Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain.
  • Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.
  • Pembayaran kas kepada karyawan.
  • Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan atau investasi.
  • Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.
  • Bunga yang dibayarkan dan bunga serta dividen yang diterima, diklasifikasi sebagai arus kas operasi karena mempengaruhi laba (rugi) bersih.
  • Hasil penjualan atau jatuh tempo atas efek yang diperdagangkan dan kas yang dikeluarkan untuk pembelian efek yang diperdagangkan termasuk dalam aktivitas operasi.
  • Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan.
B. ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI – Arus Kas dari Aktivitas Investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Arus Kas dari Aktivitas Investasi antara lain dapat berupa:
  • Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tak berwujud, dan sset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan sset tetap yang dibangun sendiri.
  • Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lain.
  • Perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain.
  • Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain beserta pelunasannya.
  • Pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward contracts, option contracts dan swap contracts, KECUALI bila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
  • Hasil penjualan atau jatuh tempo atas efek yang tersedia untuk dijual dan efek yang dimiliki hingga jatuh tempo merupakan arus kas dari aktivitas investasi.
  • Kas yang dikeluarkan untuk pembelian efek yang tersedia untuk dijual dan efek yang dimiliki hingga jatuh tempo termasuk dalam aktivitas investasi.
C. ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN – Arus kas dari aktivitas pendanaan adalah arus kas yang timbul dari penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan transaksi pendanaan jangka panjang dengan kreditur dan pemegang saham perusahaan. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan antara lain dapat berupa:
  • Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya.
  • Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan.
  • Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya.
  • Pelunasan pinjaman.
  • Dividen yang dibayar dapat diklasifikasikan sebagai arus kas pendanaan karena merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan.
  • Pembayaran hutang sewa guna usaha.
Transaksi investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas atau setara kas harus disajikan dalam kelompok AKTIVITAS YANG TIDAK MEMPENGARUHI ARUS KAS dalam Laporan Arus Kas. Selain itu, transaksi-transaksi ini (lihat pada contoh Laporan Arus Kas) mesti diungkapkan pada CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN, sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai aktivitas investasi dan pendanaan tersebut. Transaksi-transksi pendanaan yang dimaksud dapat berbentuk:
1. Perolehan aset secara kredit atau melalui sewa guna usaha (finance lease).
2. Akuisisi perusahaan melalui penerbitan saham.
3. Konversi hutang menjadi modal.
4. Kapitalisasi biaya pinjaman.
Karena keterbatasan ruang dan waktu, komponen “CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN” dengan terpaksa akan disampaikan di kesempatan lain. Yang pasti, komponen yang satu ini sangat vital. Seperti nampak pada contoh, setiap lembar “Laporan Posisi Keuangan” dan “Laporan Laba Rugi” disertai kolom “Catatan” sebelum kolom nilai (Rupiah) yang berupa kode indeks yang merujuk pada penjelasan mengenai angka yang tercantum dalam laporan.
Mudah-mudahan di kesempatan yang akan datang bisa ditampilkan. Untuk sementara, JAK pikir, contoh format Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas beserta penjelasan dari masing-masing komponen, sudah cukup. Mengenai perlakuan dari masing-masing akun, JAK sarankan untuk membaca PSAK.
Istilah Baru PSAK
Kondisi vesting (vesting conditions) – adalah kondisi yang menentukan apakah entitas menerima jasa yang memberikan hak kepada pihak lawan transaksi untuk menerima kas, aset lain atau instrumen ekuitas entitas, pada perjanjian pembayaran berbasis saham. Kondisi vesting dapat berupa kondisi vesting jasa (service condition) atau kondisi vesting kinerja (performance condition). Kondisi vesting jasa mensyaratkan pihak lawan transaksi untuk memberikan jasa pada suatu periode tertentu. Kondisi vesting kinerja mensyaratkan pihak lawan transaksi untuk memberikan jasa pada suatu periode dan target kinerja tertentu (seperti kenaikan laba entitas pada jumlah dan periode tertentu). Kondisi vesting kinerja dapat mencakup kondisi vesting kinerja pasar (market condition). [PSAK 53]
Sejarah Big Four

Sejarah Big Four Auditors

The Big 4 atau kadang ditulis The Big Four merupakan empat kantor akuntan berskala internasional yang terbesar saat ini, yang menangani sebagian besar audit bagi perusahaan, baik terbuka (public) maupun tertutup (private). Kantor akuntan yang menjadi The Big Four firms adalah sebagai berikut:
Firm
Revenues
People
Fiscal Year
Deloitte Touche Tohmatsu
$27.4bn
165,000
2008
PricewaterhouseCoopers
$25.2bn
146,700
2007
Ernst & Young
$21.1bn
130,000
2007
KPMG
$19.8bn
123,000
2007
Sebelumnya, kelompok kantor akuntan terbesar ini disebut sebagai “Big Eight” sebelum adanya serangkaian merger dan liquidasi Arthur Andersen yang terlibat skandal Enron pada tahun 2001.

Big 8 (sampai dengan tahun 1989)

Kantor-kantor akuntan yang disebut sebagai the Big 8 menggambarkan dominasi delapan kantor akuntan terbesar pada abad ke-20, yaitu:
1.       Arthur Andersen
2.       Arthur Young & Company
3.       Coopers & Lybrand
4.       Ernst & Whinney (sampai dengan 1979 Ernst & Ernst bermarkas di US dan Whinney Murray di UK)
5.       Deloitte Haskins & Sells (sampai dengan 1978 Haskins & Sells bermarkas di US dan Deloitte Plender Griffiths di UK)
6.       Peat Marwick Mitchell (yang kemudian berubah menjadi Peat Marwick)
7.       Price Waterhouse
8.       Touche Ross
Sebagian besar the Big 8 merupakan aliansi antara firma yang berasal dari British dan US pada abad ke-19 atau awal abad ke-20. Price Waterhouse merupakan UK firm yang kemudian membuka cabang di US pada 1890 dan kemudian terpisah dan berdiri sendiri. Firma Peat Marwick Mitchell merupakan gabungan firma US dan UK dan menggunakan nama yang sama pada tahun 1925. Firma lainnya menggunakan nama yang berbeda untuk domestic business (tidak menggunakan nama bersama/common names), antara lain Touche Ross tahun 1960, Arthur Young (at first Arthur Young, McLelland Moores) tahun 1968, Coopers & Lybrand tahun 1973, Deloitte Haskins & Sells tahun 1978 dan Ernst & Whinney tahun 1979.

Big 6 (1989-1998)

Kompetisi diantara kantor akuntan semakin intensif dan the Big 8 menjadi the Big 6 pada Juni 1989 ketika Ernst & Whinney merger dengan Arthur Young mejadi Ernst & Young serta Deloitte, Haskins & Sells merger dengan Touche Ross menjadi Deloitte & Touche pada Agustus 1989.
Selengkapnya the Big Six mencakup:
1.       Arthur Andersen
2.       Coopers & Lybrand
3.       Ernst & Young (Ernst & Whinney and  Arthur Young & Company merged in 1989)
4.       Deloitte & Touche (Deloitte Haskins & Sells and Touche Ross mergen in 1989)
5.       Peat Marwick Mitchell
6.       Price Waterhouse

Big 5 (1998-2002)

The Big 6 menjadi the Big 5 pada Juli 1998 ketika Price Waterhouse merger dengan Coopers & Lybrand menjadi PricewaterhouseCoopers.
Selengkapnya the Big 5 adalah:
1.       Arthur Andersen
2.       Ernst & Young
3.       Deloitte & Touche
4.       Peat Marwick Mitchell
5.       PricewaterhouseCoopers (Price Waterhouse and Coopers & Lybrand merged in 1998)

Big 4 (2002-sekarang)

Kasus kolapsnya Enron telah menyeret Arthur Andersen, yang mengadit laporan keunagan Enron, ke dalam serangkaian penyelidikan oleh otoritas bursa US. Hasil penyelidikan menyimpulkan Arthur Andersen terlibat dalam skandal tersebut. Kantor akuntan Arthur Andersen didakwa melawan hukum karena menghancurkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengauditan Enron, dan menutup-nutupi kerugian jutaan dolar. Hasil keputusan hukum secara efektif menyebabkan kebangkrutan global dari bisnis Arthur Andersen. Kantor akuntan di seluruh dunia yang berada di bawah bendera Arthur Andersen seluruhnya dijual dan kebanyakan menjadi anggota kantor akuntan internasional lainnya. Di UK, para partner Arthur Andersen setempat kebanyakan bergabung dengan Ernst & Young dan Deloitte Touche Tohmatsu. Di Indonesia, para partner Arthur Andersen pada akhirnya bergabung dengan Ernst & Young.
The big 4 selengkapnya adalah:
1.       Ernst & Young
2.       Deloitte Touche Tohmatsu
3.       KPMG
4.       PricewaterhouseCoopers

KERANGKA KERJA KONSEPTUAL AKUNTANSI KEUANGAN

KERANGKA KERJA KONSEPTUAL AKUNTANSI KEUANGAN - Kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) adalah sebuah Sistem yang terdiri dari tujuan dan  konsep fundamental yang mendasari pelaporan keuangan. Kerangka kerja konseptual dari akuntansi bertujuan untuk menyediakan struktur teori akuntansi. IFRS Framework for the Peparation Of Financial Statement menggambarkan sifat, fungsi, dan batasan dimana akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan beroperasi. Kerangka kerja konseptual menetapkan konsep yang mendasari pelaporan keuangan
Kerangka kerja pada pelaporn keuangan berfokus pada laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statement), yang dibuat dan disajikan setidaknya  serta ditujukan pada kebutuhan akan informasi umum mengenai berbagai pemakai laporan keuangan.
Laporan Keuanga (Financial Statement) adalah dokumen bisnis yang digunakan perusahaan untuk melaporkan hasil aktivitasnya pada kelompok pemakai, baik eksternal maupun internal. Dan pelaporan tersebut digunakan untuk pengambilan keputussan bagi pemakai, seperti apakah akan meakukan investasi atau meminjamkan uang kepada kerusahaan.
A.    Perkembangan Kerangka kerja Konseptual
Baik IASB ( International Accounting Standarts Board) dan FASB (Financial Accounting Standarts Board) memiliki kerangka konseptual. Kerangka konseptual FASB  dijelaskan dalam dokumen, “Kerangka kerja untuk persiapan dan penyajian laporan keuangan”, dikembangkan dalam serangkaian pernyataan konsep, yang pada umumnya di sebut sebagai kerangka konseptual. IASB dan FASB sekarang bekerja pada sebuah proyek bersama untuk mengembangkan kerangka kerja konseptual yang baik, yang memberikan dasar yang kuat untuk mengembangkan standar akuntansi dimasa depan.
Kerangka kerja konseptual yang baik berlandaskan dan berhubungan dengan serangkaian  konsep serta tujuan fundamental. Hal ini akan memungkinkan FASB menerbitkan standar-standar yang lebih baik dari waktu kewaktu. Sehingga masalah-masalah praktis yang baru akan dapat di pecahkan secara cepat jika mengacu pada kerangka teori dasar yang telah ada.
Pada perkembangannya, FASB pada tahun 1976 telah mengembangkan kerangka kerja konseptual yang menjadi dasar bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan kontroversi pelaporan keuangan. Sejak saat itu FASB telah menerbitkan enam SFACs (Statement Of Financial Accounting Concepts) yang berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas, yaitu:
1.      SFACs No.1, “Objectives Of financial Reporting by Bussines Enterprises” yang berisi tentang tujuan dan sasaran akuntansi.
2.      SFACs No.2 “Qualitative Characteristic of Accounting Information” yang menjelaskan karakteristik, yang membuat informasi akuntansi ini bermanfaat.
3.      SFACs No.3 “Element of Fnancial Statements of Business Enterprises”yang memberikan definisi dan pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan, seperti aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
4.      SFACs No.5 “Recognition and Measurement in financial statements of Business Enterprises” yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta pedoman tetang informasi apa yang biasanya harus dimasukkan dalam laporan keuangan dan kapan waktunya.
5.      SFACs No.6 “Element of Financial Statements” yang memperluas lingkup SFACs no.3 dengan memasukkan anggota-anggota nirlaba. Dalam SFACs ini di jelaskan terdpat sepuluh macam element dalam laporan keuangan, yaitu:
a.       Aset (assets)
b.      Utang (liabitilies)
c.       Ekuitas/Hak sisa (Equity/Residual Interest)
d.      Investasi pemilik (Investment  by Owner)
e.       Distribusi pada Pemilik (Distibution to owner)
f.       Laba komperhensif ( comprehensive Income)
g.      Pendapatan (Revenue)
h.      Biaya (Expenses)
i.        Keuntungan (Gains)
j.        Kerugian (Losses)
6.      SFACs No. 7” Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting Measurement” yang memberikan kerangka kerja bagi pemakai arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai sekarang sebagai dasar pengukuran.
a.       Tujuan Dasar
Sesuai dengan isi SFACs no.1 maka dapat diketahui tujuan dasar dari pelaporan keuangan (Objectives Of Financial Reporting) yaitu;
1.      Menyediakan informasi bagi mereka yang memiliki pemahaman tentang aktivitas bisnis dan ekonomi dalam pembuatan keputusan investasi serta kredit.
2.      Untuk membantu investor, kreditor, serta pengguna lainnya dalam menilai jumah, waktu, dan ketidak pastian arus kas masa depan.
3.      Untuk menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di dalamnya.
4.      Individu yang cukup untuk Memahami kegiatan usaha dan ekonomi.
B.     Konsep-Konsep Fundamental (Karakteristik Kualitatif)
IFRS Framework menggunakan istilah karakteristik kualitatif  untuk menggambarkan attribut yang membuat informasi pelaporan keuangan bermanfaat bagi pemakai. Dalam pelaksanaan dari tujuan-tujuan dasar suatu pelaporan keuangan maka diperlukan konsep-konsep yang bersifat fundamental agar kualitas dari informasi pelaporan keuangan dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Keempat karakteristik kualitatif yang utama adalah dapat dipahami, relevansi, realibilitas, dan komparabilitas.
1.      Dapat Dipahami
Informasi yang berkualitas ialah informasi yang dengan mudah di mengerti oleh pemakai. Dapat dipahami berarti hwa informasi akuntansi harus cukup transparan sehingga masuk akal bagi pemakai informasi
2.      Relevansi
Informasi dinyatakan releva apabila informasi tersebut dapat berguna untuk mengevaluasi peristiwa masa lampau, masa kini dan masa yang akan mendatang.
3.      Realibilitas
Informasi dianggap realibilitas atau handal apabila bebas dari pengertian yang menyesatkan, misalnya kesalahan material. Andal juga berarti jujur dan sewajarnya dalam pelaporan yang disajikan.
4.      Komparabilitas
Informasi yang baik dapat digunakan oleh pemakainya dalam membandingkan laporan keuangan antar periode untuk mengidentifikasi posisi dan kinerja keuangan.
C.    Unsur Laporan Keuangan
1.      Aktiva/Aset
Aktiva adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai oleh perusahaan yang dikendalikan oleh entitas yang diharapkan akan menghasilkan manfaat ekonomi di masa mendatang bagi entitas. Contoh aktiva/aset meliputi kas, piutang, persediaan, mesin, peralatan, dan lain sebagainya.
2.      Kewajiban (leabilities)
Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggug jawabuntuk bertindak. Kewajiban adalah kewajiban saat ini entitas yang diharapkan akan menghasilkan arus kas keluar manfaat ekonomi dari entitas. Contoh kewajiban seperti pinjam bank, utang usaha, dan kewajiban lain.
3.      Ekuitas
Ekuitas adalah kepentingan residu dalam aset entitas setelah dikurangi kewajiban entitas dan mempresentasikan klaim residu pemegang saham atas aset entitas. Ada dua sub-bagian utama dibagian ekuitas, yaitu modal saham dan laba ditahan.
Modal saham adaah jumlah yang diinvestasikan oleh para pemegang saham dalam entitas. Sedangkan laba ditahan adalah jumlah yang dihasilkan oleh aktivitas menghasilkan laba dan disimpan untuk digunakan dalam bisnis.
4.      Laba (Income)
Laba adalah kenaikan manaat ekonomi selama suatu periode akuntansi yang menghasilkan peningkatan ekuitas, selain menyangkut transaksi dengan pemegang saham. IFRS framework memisahkan Laba menjadi pendapatan (Revenue) dan keuntungan (Gains). Pendapatan berasal dari aktivitas bisnis yang biasa. Seperti pendapatan penjualan. Sementara keuntungan mungkin atau mungkin bukan berasal dari aktivitas bisnis yang biasa. Seperti keuntungan atas pelepasan perusahaan anak.
5.      Beban
Expenses adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi yang diakibatkan oleh perusahaan ekuitas. Selain yang menyangkut transaksi dengan emegang saham.
D.    Konsep pengakuan dan pengukuran
Dalam tingkat konsep kerangka kerja konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan oleh perusahaan.
            Dalam konsep pengakuan dan pengukuran terdiri dari asumsi, prinsip, dan kendala.
1.      Asumsi dalam Pelaporan Keuangan
IFRS Framework menyatakan bahwa untuk memenuhi tujuan pelaporan keuangan, kita harus membuat suatu asumsi. Pertama, kita harus membuat laporan keuangan atas dasar akrual. Singkatnya, ini berarti bahwa transaksi dan peristiwa lainnya diakui pada saat hal itu terjadi dan bukan ketika kas diterima atau dibayarkan.
Dalam mengukur dan melapor informasi akuntansi, kita juga mengasumsikan bahwa entitas akan terus beroperasi dalam waktu yang cukup lama dan menggunakan aset yang ada untuk tujuan yang ditetapkan. Dengan kta lain, perusahaan tidak bermaksud atau perlu melikuidasi atau mengurangi secara material skala operasinya. Hal ini disebut going concern.
2.      Prinsip dasar Akuntansi
a.       Prinsip Biaya Historis
GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlukan dan dilaporkan bedasarkan harga akuisisi. Hal ini seringkali disebut prinsip biaya historis. Biaya memiliki keunggulan yang penting dibandingkan penilaiaan yang lainnya, yaitu dapat diandalkan.
b.      Prinsip Pengakuaan pendapatan
Pendapatan  dikatakan telah direalisasi jika produk (barang dan jasa), barang dagang, atau aktiva lainnya telah dipertukarkan dengan kas atau klaim atas kas.
c.       Prinsip penandingan
Menyatakan usaha (beban) ditandingkan dengan pencapaian (pendapatan). Sepanjang hal ini rasional dapat diterapkan.
d.      Prinsip Pengungkapan Peuh
Mengakui bahwa sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam pelaporan keuangan mencerminkan serangkaiaan trade-off penilaiaan .
Trade-off ini terjadi antara kebutuha untuk mengungkapkan secara cukup terinci hal-hal yang mempengaruhi keputusan pemakai, dengan kebutuhan untuk mendapatkan penyajiaan aar informasi dapat dipahami.
3.      Kendala dalam Menyediakan Informasi yang Bermanfaat
Dalam menyadiakan informasi  yang dapat bermanfaat bagi para pemakai, kita menghadapi sejumlah kendala. Seperti ketepatan waktu, keseimbangan antara karakteristik kualitatif, dan manfaat untuk membantunya mengambil keputusan. Sehinga membuat informasi itu menjadi lebh relevan bagi mereka. Dalam melakukan hal tersebut, seringkali perlu untuk melaporkan informasi sebelum semua aspek transaksi diketahui. Yang dapat saja mengurangi tingkat realibiltas/keandalan.
Untuk memperoleh informasi akuntansi sangatlah mahal, dan biayanya tidak boleh melampaui manfaat yang diharapkan oleh pemakai. Tanggung jawab untuk menyiapkan informasi akuntansi berada dipuncak manajemen, sehingga manajer harus menggunakan pertimbangan yang jitu ketika menentukan apakah informasi cukup material dan tidak terlalu mahal untuk menyajikan pengungkapan yang terpisah.